بسم الله الرحمن الرحيم

Minggu, 25 Januari 2015

BENTENGI ANAK DENGAN IMAN DI ZAMAN PENUH TANTANGAN



Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji bagi Alloh, Robb semesta alam. Tiada daya

dan upaya selain daripada-Nya. Tiada pujian yang lebih mulia melebihi pujian hamba kepada

Robb-Nya. Dan tiada doa yang pantas dipanjatkan seorang umat untuk Rasul-Nya melebihi

sholawat dan salam yang tulus dari hati yang beriman lagi mulia. Allohumma sholli wa sallim

‘ala Nabiyyina Muhammad.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa generasi kaum muslimin sekarang berada dalam kondisi

memprihatinkan. Bagaimana tidak, dunia terus berputar dengan amat cepat. Semua tidak lain

dan tidak bukan adalah karena fitnah dunia. Jauh-jauh hari, Nabi Muhammad shallallahu

‘alaihi wa sallam telah mengabarkan pada umatnya akan ngerinya fitnah dunia, beliau

shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


بَادِرُوا فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا

“Bersegeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam

yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan

di waktu sore beriman dan pagi menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan

dunia." [HR. Ahmad No. 8493]


فَوَاللهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ

“Demi Allâh ! Bukan kefakiran yang saya khawatirkan atas kalian, namun yang saya

khawatirkan adalah kalian diberi kemakmuran dunia sebagaimana pernah diberikan kepada

umat sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba sebagaimana mereka. Sehingga akhirnya

dunia menyebabkan kalian binasa sebagaimana mereka.” [HR. Bukhâri dan Muslim]


Kaum sekuler benar-benar telah berhasil membius kaum muslimin. Ya, otak mereka

memang cerdas, tapi hati mereka sungguh bejat. Ketika mereka gagal memerangi umat Islam

dengan genderang bom dan pistol, maka otak pun berjalan. Kaum muda menjadi sasaran

utama mereka. Kaum muda memang identik dengan semangat baja, namun mereka masih

sangat labil menyikapi suatu problema. Justru orang kuffar memanfaatkan semangat mereka

dengan sangat apik. Hal itu terlihat betul dengan maraknya pergaulan bebas saat ini. Siapa

lagi yang berperan besar dalam perkara ini kalau bukan mereka?


Coba kita tengok sejenak, memandang tanah air kita yang tak seelok dahulu kala.

Dulu, berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahrom adalah hal yang sangat tabu,

aneh, dan menjadi gunjingan orang. Kalau toh ada oknum yang seperti itu, mereka tidak

berdua-duaan di tempat umum, bukan di moll, nggak juga di taman kota. Mereka pasti nekat

ketemuan di tempat yang sangat tidak lazim, bisa hutan, kebun, bahkan ada yang di kuburan!

Allohul musta’an.


Kalau zaman sekarang? Jangan ditanya. Peluang untuk bermaksiat sangat terbuka

lebar. Melihat kanan, ada rok mini. Lihat ke kiri, ada dua sejoli yang lagi peluk-pelukan.

Benar-benar miris melihat realita ini. Semua ini dianggap life style alias gaya hidup mereka.

Ikhtilat (campur baur laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom) sudah menjadi budaya,

tidak di dalam sekolah maupun di luar sekolah, semua sama saja. Anak-anak kecil disuguhi

tayangan percintaan ala muda-mudi. Sehingga tak ayal pula, anak SMP bahkan SD pun,

berbondong-bondong menuliskan status “berpacaran” di facebook-nya!


Zina, judi, alkohol bahkan narkoba sudah menjadi santapan pemuda-pemudi di era

globalisasi ini. Tak dianggap berlebih-lebihan memang, karena semua terbukti secara nyata.

Berapa banyak pemudi yang hamil di luar nikah? Berapa banyak remaja-remaja hebat yang

akhirnya harus rela terbujur kaku menjadi mayat lantaran over dosis narkoba? Berapa banyak

prostitusi yang semakin laris karena permintaan yang semakin membludak? Dan berapa

banyak para orang tua yang harus kehilangan buah hati mereka karena lebih memilih dunia

“anak punk” daripada belaian hangat kasih sayang orang tua? Semuanya telah kita saksikan

dengan mata telanjang di tanah air kita tercinta ini. Sungguh, fenomena yang sangat

mengenaskan.


Melihat berbagai fenomena tersebut, sudah selayaknya kita sebagai orang tua atau

calon orang tua membuka mata hati selebar-lebarnya. Menyandarkan semua problema

kehidupan hanya kepada Sang Kuasa. Menengok kembali kejayaan para pendahulu kita dalam

mencetak generasi yang robbani. Generasi yang benar-benar dirindukan pada masa ini.

Sungguh, dada kita sangat sesak melihat kenyataan yang ada, namun tak selayaknya kita

berpangku tangan. Tak semestinya kita pasrah dengan realita ini tanpa usaha, doa, dan

tawakkal yang sesungguhnya.


Sebagai pembekalan dan pengajaran pada para orang tua / pendidik / guru / tokoh

masyarakat, mari kita simak paparan berikut yang insya Alloh bisa menjadi solusi

menghadapi zaman yang penuh fitnah ini –bi idznillahi ta’ala-.


Pertama, kembalilah kepada Al-Quran dan As-Sunnah dalam mendidik anak-anak

kita. Kita pelajari dengan seksama masalah pokok dalam agama Islam ini, yakni masalah

aqidah. Setelah itu, kita berusaha mengamalkannya, kemudian menanamkan dengan kuat-kuat

masalah tauhid pada sang anak sejak ia masih kecil. Ini masalah yang penting untuk kita

ketahui bersama. Karena kebanyakan orang tua tidak menanamkan perkara aqidah pada anak

sejak kecil, sehingga ia akan mudah sekali diterjang oleh berbagai fitnah ketika ia sudah

dewasa. Maka, penting bagi para pendidik untuk kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah

dalam masalah pendidikan, tak bisa ditawar-tawar lagi. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang

bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,

dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan

selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” [Q.S. At-Tahrim : 6]


Kedua, perhatikanlah lingkungan bergaul anak-anak. Jangan biarkan mereka

seenaknya sendiri memilih teman bergaul. Karena sangat dikhawatirkan mereka ketularan

berperilaku buruk sebagaimana teman mereka yang buruk. Para pendidik harus selalu

mengontrol masalah ini. Namun, bukan berarti selalu mencurigai anak dalam hal pertemanan,

karena mereka pasti akan merasa risih jika terlalu diawasi. Setidaknya orang tua mengetahui

siapa saja teman-teman mereka, dan memperingatkan apabila memiliki teman dekat yang

buruk. Sering-seringlah mengajak anak pergi ke majelis ta’lim atau lebih baik dipondokkan,

karena pasti di sana ada komunitas anak seusia mereka yang berakhlak baik. Jangan

membiarkan mereka bergaul bebas dengan teman lawan jenis. Karena tipu daya syaitan amat

besar dalam menjerumuskan anak Adam terutama lewat lawan jenis.

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا

أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi

dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi,

atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap

mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya)

mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak

sedap.” [HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628]


Selanjutnya, awasilah kegiatan anak, misalnya apa yang dia lakukan ketika membuka

internet. Karena sekarang ini media sosial sangat berpengaruh pada kepribadian dan segala

tindak-tanduk anak. Banyak penipuan dan penculikan juga karena tindakan yang kurang

terkontrol dalam penggunaan media sosial. Awasilah dengan seksama, jangan sampai akhlak

mereka bobrok di tangan pornografi dan pornoaksi.


Jalin komunikasi yang baik dengan anak, jangan sampai terjadi kerenggangan.

Biasanya kedua orang tua (ayah dan ibu) yang bekerja di luar rumah memiliki frekuensi

waktu yang amat sedikit bersama anak. Hal ini sangat berbahaya, karena anak pun juga butuh

kasih sayang dan pendidikan intensif dari seorang ibu, bukan hanya materi semata. Maka

bertakwalah engkau wahai seorang wanita yang memiliki anak. Janganlah menggadaikan

kebahagiaan anak demi materi belaka. Karena anakmu adalah investasi besar di akhirat kelak.


Kemudian, apabila putra-putri Anda sudah menginjak dewasa, jangan sia-siakan

kesempatan muda mereka untuk menyempurnakan separuh agama. Justru doronglah mereka

untuk menikah apabila telah mampu. Pilihkanlah pria sholih bagi anak wanita Anda tanpa

memaksanya apabila ia telah baligh. Berapa banyak orang tua yang melarang keras anak-anak

mereka menikah di usia muda, sehingga akhirnya banyak hal-hal yang tak mereka inginkan

terjadi begitu saja semisal hamil pra nikah, pacaran, dan pergaulan bebas. Sungguh ironis

memang, maka selayaknya kita kembali kepada perintah Alloh dan Rasul-Nya.


Terakhir adalah doa dan tawakkal. Jangan pernah berhenti untuk berdoa kepada Alloh

‘azza wa jalla supaya anak kita selalu mendapat hidayah dan taufiq dari-Nya. Senantiasa

doakanlah mereka supaya dihindarkan dari fitnah dunia yang amat mengerikan. Fitnah yang

bisa menjadikan seorang hamba kafir pada sore hari padahal ia beriman pada pagi harinya.

Ingat, sebesar-besar apapun usaha kita tanpa pernah berdoa pada-Nya, pasti tidak akan

membuahkan hasil. Hati anak kita berada dalam genggaman Alloh, maka mintalah pada Dzat

Yang Menggenggam hati setiap hamba agar senantiasa memberikan istiqomah dalam

menghadapi fitnah yang dihembuskan musuh Alloh, terutama pergaulan bebas. Yaa

muqollibal quluub, tsabbit quluubanaa ’alaa diinika. Wahai Dzat Yang Maha Membolak-

balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.


Semoga, Alloh ‘azza wa jalla memberikan taufiq kepada para pemuda/pemudi

generasi penerus bangsa Indonesia dan kaum muslimin. Serta memberikan petunjuk kepada

para pendidik, orang tua, dan kepada setiap pemimpin negeri tercinta ini dari masa ke masa.

Allohumma aamiin.

0 komentar:

Posting Komentar